Kisah Raja Kisra Yang Menolak Hadiah Dari Pengusaha
Tak setiap niat baik berbuah baik. Demikianlah yang dialami salah seorang pengusaha dalam hikayat klasik menyerupai diceritakan dalam kitab an-Nawadir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi.
Mungkin sebab merasa mempunyai harta lebih, suatu ketika pengusaha itu menyerahkan harta upeti atau pajak di luar jumlah biasanya. Setiap tahun ia membayar pajak dengan nominal lebih besar.
Tak berselang lama, kabar ini segera hinggap di indera pendengaran Raja Kisra. Alih-alih gembira, sebagai penguasa ketika itu sang raja justru memerintahkan jajarannya untuk menolak keras pajak perhiasan tersebut. Tak hanya itu, ia juga menjatuhi eksekusi "disalib" bagi pengusaha itu.
Kata Kisra, "Setiap raja atau pemimpin yang mengambil harta rakyatnya secara zalim tak akan meraih keberuntungan selamanya. Keberkahan tanah airnya sirna dan menjadi peristiwa bagi dirinya."
"Keberadaan raja ditopang oleh kekuasaan. Kekuasaan ditopang oleh tentara. Tentara ditopang harta kekayaan. Kekayaan ditopang teritori negara. Dan Teritori negara ditopang oleh keadilan pada rakyat dan perdamaian," sambung sang raja.
Manakah yang lebih utama bagi seorang raja, keberanian atau keadilan? Orang bijak bestari berucap, "Ketika pemimpin sudah berlaku adil, keberanian tak lagi dibutuhkan."
Wallahu A’lam
Sumber : Situs PBNU
0 komentar:
Post a Comment